Kamis, 31 Maret 2016

Sejarah Singkat Kota Tidore Kepulauan

Sejarah Singkat Kota Tidore Kepulauan

  Tidore sebuah kepulauan kecil dibumi Nusantara tepatnya di Timur Indonesia
 
   Tidore merupakan salah satu pulau kecil yang terdapat di gugusan kepulauan Maluku Utara, tepatnya di sebelah barat pantai pulau Halmahera. Sebelum Islam datang ke bumi Nusantara, pulau Tidore dikenal dengan nama; “Limau Duko” atau “Kie Duko”, yang berarti pulau yang bergunung api. Penamaan ini sesuai dengan kondisi topografi Tidore yang memiliki gunung api –bahkan tertinggi di gugusan kepulauan Maluku– yang mereka namakan gunung “Kie Marijang”. Saat ini, gunung Marijang sudah tidak aktif lagi. Nama Tidore berasal dari gabungan tiga rangkaian kata bahasa Tidore, yaitu : To ado re, artinya, ‘aku telah sampai.

   
  Menurut catatan Kesultanan Tidore, kerajaan ini berdiri sejak Jou Kohlano Sahjati naik tahta pada 12 Rabiul awal 502H (1108M). namun, lokasi pusat kerajaan tersebut belum diketahui. Asal usul Sahjati bisa dirunut dari kisah kedatangan Djafar Noh dari negeri Maghribi di Tidore. Kemudian Noh menikahi gadis yang bernama Siti Nursafa dan dikaruniai 4 orang putra dan 4 orang putri. Dari ke 4 orang putra tersebut antaranya Sahjati pendiri kerajaan Tidore. 
 Awal berdirinya hingga raja yang ke-4, pusat kerajaan Tidore belum bisa dipastikan. Barulah pada era Jou Kolano Balibunga, informasi mengenai pusat kerajaan Tidore sedikit terkuak, itupun masih dalam perdebatan. Tempat tersebut adalah Balibunga, namun para pemerhati sejarah berbeda pendapat dalam menentukan di mana sebenarnya Balibunga ini. Ada yang mengatakannya di Utara Tidore, dan adapula yang mengatakannya di daerah pedalaman Tidore selatan.
   Pada tahun 1495 M, Sultan Ciriliyati naik tahta dan menjadi penguasa Tidore pertama yang memakai gelar Sultan. Saat itu, pusat kerajaan berada di Gam Tina. Ketika Sultan Mansyur naik tahta tahun 1512 M, ia memindahkan pusat kerajaan dengan mendirikan perkampungan baru di Rum Tidore Utara. Posisi ibukota baru ini berdekatan dengan Ternate, dan diapit oleh Tanjung Mafugogo dan pulau Maitara. Dengan keadaan laut yang indah dan tenang, lokasi ibukota baru ini cepat berkembang dan menjadi pelabuhan yang ramai.
  Dalam sejarahnya, terjadi beberapa kali perpindahan ibukota karena sebab yang beraneka ragam. Pada tahun 1600 M, ibukota dipindahkan oleh Sultan Mole Majimo(Ala ud-din Syah) ke Toloa di selatan Tidore. Perpindahan ini disebabkan meruncingnya hubungan dengan Ternate, sementara posisi ibukota sangat dekat, sehingga sangat rawan mendapat serangan. Pendapat lain menambahkan bahwa, perpindahan didorong oleh keinginan untuk berdakwah membina komunitas Kolano Toma Banga yang masih animis agar memeluk Islam. Perpindahan ibukota yang terakhir adalah ke Limau Timore di masa Sultan Saif ud-din (Jou Kota). Limau Timore ini kemudian berganti nama menjadi Soa-Sio hingga saat ini.


Sejarah Kerajaan Islam: Kerajaan Ternate dan Tidore

Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja.  

  
Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama cengkih.
Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai sekutunya.
Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate, terjadi pertikaian terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama ingin memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut. Di lain pihak, ternyata bangsa Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi juga berusaha menyebarkan ajaran agama mereka. Penyebaran agama ini mendapat tantangan dari Raja Ternate, Sultan Khairun (1550-1570). Ketika diajak berunding oleh Belanda di benteng Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis.
Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik kembali. Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Baabullah (1570-1583). Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas dari bantuan Sultan Tidore. Sultan Khairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina.
Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore sampai ke Halmahera, Seram, bahkan Kai di selatan dan Misol di Irian.
Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan.
Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal bahkan sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan Asia datang ke Nusantara. Para pedagang itu membawa barang-barangnya dan menukarkannya dengan rempah-rempah. Proses perdagangan ini pada awalnya menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan berlakunya politik monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat

       

PENETRASI ASPAL SEBELUM DAN SESUDAH KEHILANGAN BERAT


PEMERIKSAAN PENETRASI ASPAL SEBELUM DAN SESUDAH KEHILANGAN BERAT

A. MAKSUD PERCOBAAN
Untuk menentukan penetrasi aspal, apakah termasuk penetrasi yang lembek atau keras

B. BAHAN           : Aspal

C. ALAT :
1.      Alat penetrasi ( penetrometer ) satu set
2.      Alat pemanas aspal
3.      Tinbox
4.      Bak perendam
5.      Stopwatch
6.      Oven yang dilengkapi pengatur suhu

D. PROSEDUR PERCOBAAN
- Panaskan contoh hingga cukup cair untuk dapat dituangkan ke dalam tinbox (± 3/4 dari Tinbox) dan diamkan hingga dingin selama ± 1 s/d 1,5 jam pada suhu ruang.
- Aspal yang terdapat dalam tinbox dimasukkan ke dalam bak perendam yang berisi air    pada suhu yang telah ditentukan. Di diamkan dalam bak tersebut ± 1­1,5 jam.
- Jarum penetrasi pada pemegang jarum. Pindahkan benda uji dengan bak perendam, kemudian tempatkan tepat berada di bawah alat penetrasi.
Turunkan jarum penetrasi perlahan-lahan hingga jarum tersebut menyentuh benda uji. Kemudian atur angka no1 di arloji penetrometer, hingga jarum berimpit dengannya.
Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalannya stopwatch selama jangka waktu 5 ± 0,1 detik., bacalah angka penetrasi yang berimpit dengan jarum penunjuk.
Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan ganti jarum yang bersih. Lakukan pembacaan sebanyak lima kali untuk satu benda uji dengan titik yang berbeda satu sama lain.
- Untuk penetrasi setelah kehilangan berat sama seperti penetrasi sebelum kehilangan berat tetapi sebelumnya benda uji didiamkan selama 1 - 1,5 jam harus dioven terlebih dahulu ± 5 jam.




PEMERIKSAAN PENURUNAN BERAT ASPAL

A. MAKSUD PERCOBAAN
Untuk mengetahui dan menetapkan penurunan berat aspal setelah aspal dipanaskan (dioven) selama ± 5 jam yang dinyatakan dalam persen berat,

B. BAHAN : Aspal

C. ALAT    :
  1. Tinbox
  2. Timbangan digital
  3. Jam dinding/jam tangan
  4. Oven yang dilengkapi pengatur suhu

D. PROSEDUR PERCOBAAN
 1. Panaskan aspal dan tuang dalam tinbox kosong (sebelumnya timbang dahulu tinbox dalam keadaan kosong) hingga 3/4 bagian. Tirnbang tinbox yang telah berisi aspal (A),
 2. Diamkan selama ± 30 menit pada suhu ruang lalu oven selama 5 jam.
 3. Keluarkan dari dalam oven, diamkan 15 menit, lalu timbang (B).

















PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL

A. MAKSUD PERCOBAAN
Untuk memeriksa temperatur pada saat dimana aspal mulai menjadi lunak/lembek

B. BAHAN :
1. Aspal
2. Deterjen

C. ALAT    :
  1. Cincin kuningan
  2. Bola baja 2 buah
  3. Termometer
  4. Penjepit
  5. Bejana gelas tahan panas dengan tinggi sekurang-kurangnya 12 cm.
  6. Kaca asbes
  7. Stopwatch
  8. Dudukan benda uji.
  9. Pisau
  10. Spatula

D. PROSEDUR PERCOBAAN
-          Tuang aspal yang dicairkan pada dua buah cincin kuningan yang diletakkan di atas kaca yang telah diberi sabun.
-          Diamkan selama ± 30 menit sampai mencapai suhu ruang hingga dingin.
-          Ratakan permukaannya dengan pisau yang telah dipanaskan
-          Pasang dan atur kedua benda uji di atas kedua dudukannya dan letakkan pengarah bola di atasnya. Kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut ke dalam bejana gelas. Isi bejana dengan air suling baru, letakkan thermometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diantara kedua benda uji. Atur jarak antara permukaan pelat dasar dengan dasar benda uji sehingga menjadi 25.4 mm.
-          Letakkan bola-bola baja di atas pada bagian tengah perrnukaan masing masing benda uji dengan menggunakan penjepit dengan memasang kembali pengarah bola.
-          Panaskan bejana dan catat sehingga kenaikan suhu menjadi 50C per menit.
-          Catat suhu dan waktu pada saat bola baja menyentuh permukaan plat dasar


PEMERIKSAAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR ASPAL

A. MAKSUD PERCOBAAAN
Untuk menentukan titik nyala dan titik bakar atau suhu pada saat terlihat nyala singkat (titik nyala)dan terlihat nyala dalam waktu sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu titik di atas permukaan aspal sebagai akibat pemanasan (titik bakar).

B. BAHAN   : Aspal

C. ALAT      :
  1. Termometer 4000C
  2. Cawan kuningan
  3. Pelat pemanas
  4. Stopwatch

D. PROSEDUR PERCOBAAN
-          Panaskan contoh aspal sampai cukup cair. Kemudian isi cawan kuningan sampai garis dan hilangkan gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.
-          Letakkan cawan di atas pelat pemanas dan atur sumber pemanas sehingga terletak di bawah titik tengah cawan.
-          Letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik cawan
-          Tempatkan termometer tegak lurus di dalam benda penguji.
-          Nyalakan sumber pernanas dan atur pemanas sehingga kenaikan suhu menjadi (15±1)0C di bawah titik nyala perkiraan.
-          Sentuhkan nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan ( dari tepi ke tepi cawan ) dalam waktu 1 detik. Ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan suhu 50C, sampai terlihat nyala sekejap pada suatu titik di atas permukaan benda uji.
-          Lanjutkan lagi sampai terlihat nyala agak lama sekurang-kurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji.
-          Catat suhu dan waktu pada saat terjadi titik nyaia dan titik bakar







PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL

A. MAKSUD PERCOBAAN
Untuk menentukan berat jenis aspal dengan alat piknometer. Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air suling dengan volume yang sama pada suhu tertentu.

B. BAHAN : Aspal Air suling

C. ALAT  :
1.      Piknometer
2.      Bak perendam
3.      Bejana gelas
4.      Timbangan

D. PROSEDUR PERCOBAAN
- Isi Bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas picnometer tidak terendam 40 mm. Masukkan bejana yang berisi picnometer ke dalam bak perendam sehingga bagian yang terendam sekurang-kurangnya 100 mm. Atur suhu bak perendarn pada suhu 250C
- Bersihkan dengan mengeringkan dan timbang picnometer (A)           .
- Angkat bejana dari bak dan isi picnometer dengan air suling kemudian tutup      picnometer tanpa ditekan
- Letakkan picnometer ke dalam bejana dan tekan tutup hingga rapat, kembalikan bejana berisi picnometer ke dalam bak perendam. Diarnkan selama ± 30 menit lalu angkat dan keringkan dengan lap. Timbang kembali picnometer (B).
- Tuang benda uji ke dalam picnometer yang telah kering hingga 3/4 bagian, biarkan sampai dingin selama 40 menit dan timbang dengan penutupnya (C) .
- Isi picnometer yang beerisi benda uji dengan air suling dan tutup tanpaa ditekan, diamkan agar gelembung-gelembung udara keluar.
- Angkat bejana dari bak perendam dan letakkan picnometeer didalamnya dan tekan penutup hingga rapat
- Masukkan dan diamkan bejana dalam bak perendam selama 30 menit. Angkat dan keringkan picnometer, lalu timbang (D).




BERAT  JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT  KASAR

A. MAKSUD PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis ( bulk ), berat jenis pemukaan jenuh
(saturated surface dry = SSD ), berat jenis semu (apparent ) dan penyerapan dari agregat kasar.
  1. Berat jenis ( bulk specifik gravity ) ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
  2. Berat jenis permukaan jenuh ( SSD ) ialah perbandingan antara berat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
  3. Berat jenis semu ( apparent ) ialah perbandingan antara berat agregat kering dengan berat air suling yang isinya sama dengan agregat dalarn keadaan jenuh pada suhu tertentu.
  4. Penyerapan adalah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.

B. ALAT DAN BAHAN
1. Keranjang kawat dengan kapasitas kira-kira 5 kg.
2. Tempat air yang dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai dengan pemeriksaan.
3. Timbangan dengan kapasitas 5 kg yang dilengkapi alat penggantung keranjang
4. Oven yang dilengkapi pemanas suhu sampai (110 ±- 5)0 C,
5. Saringan No. 4.
6. Alat pemisah contoh ( spitter ).

C. BENDA UJI
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan No. 4, diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak 5 kg.







D.TAHAP PERCOBAAN
1.      Cuci benda uji untuk melepaskan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada permukaan.
2.      Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (100 ± 5 )°C sampai berat tetap.
3.      Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1 - 3 jam, kemudian timbang dengan ketelitian 0,5 gram (BK).
4.      Rendarn benda uji pada suhu kamar selarna 24 ± 4 jam.
5.      Keluarkan benda uji dari dalam air, kemudian lap dengarn kain penyerap sampai selaput air pada perrnukaan hilang ( SSD ), untuk butiran yang besar pengeringan harus satu-satu.
6.      Timbang benda uji kering permukaan jenuh ( Bj ).
Letakkan benda uji di dalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air ( Ba ). Ukur suhu air untuk myesuaian perhitungan pada suhu standar 25°C.






















BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

A. MAKSUD PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis ( bulk ), berat jenis ing permukaan jenuh ( saturated surface dry = SSD ), berat jenis semu (apparent ) dan penyerapan dari agregat halus.
  1. Berat jenis ( bulk specific gravity ) ialah perbandingan antara agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
  2. Berat jenis permukaan jenuh ( SSD ) adalah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya samadengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu,
  3. Berat jenis semu ( apparent specific gravity ) adalah perbandingan antara agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu,
  4. Penyerapan adalah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.   

B. PERALATAN
1.      Timbangan / neraca, kapasitas 1 kg atau lebih. Picnometer kapasitas 500 ml.
2.      Kerucut terpancung ( cone ), diameter bagian atas ( 40 ± 3 ) mm, diameter bagian bawah (90±3) mm, dan tinggi ( 75 -- 3 ) mm dibuat dari logam dengan tebal minimum 0,8 mm.
3.      Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk yang rata, berat ( 340 ±­15 ) gram, diameter permukaan penumbuk (25 ± 3 ) mm.
4.      Saringan No. 4.
5.      Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai ( 110±5)°C.
6.      Pengatur suhu dengan ketelitian 0,5°C. Talam.
7.      Bejana tempat air.
8.      Pompa hampa udara (vacuum pump).
9.   Air suling

C.  BENDA UJI
Benda uji adalah agregat yang lolos saringan No. 4, diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan sebanyak 500 gram.



D. LANGKAH KERJA
1.      Keringkan benda uji dalam oven pada suhu ( 110 -±- 5 )°C, sampai berat tetap. Yang dimaksud dengan berat tetap adalah keadaan berat benda uji selarna 3 kali pem\nimbangan dan pemanasan dalam oven selama waktu 2 jam berturut­turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar dari 0,1 %. Dinginkan dalam suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama 24 jam.
2.      Buang air perendam, hati-hati jangan sampai ada butiran yang hilang, tebarkan agregat di atas talam, keringkan di udara panas dengan cara rnembalikkan benda uji. lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh ( SSD).
3.                                                                                    Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji ke dalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali, angkat kerucut terpancung. Keadaan kering permukaan januh tercapai bila benda uji runtuh tetapi masih dalam keadaan tercetak.
4.      Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh, masukkan 500 gram benda uji ke dalam picnometer. Masukkan air suling sampai mencapai 90% isi pienometer, putar sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung di udara
Dalamnya. Untuk mempercepat proses ini, dapat dipergunakan pompa hampa idara, tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap.
5.      Rendam picnometer ke dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan pada suhu standar 25°C.
6.      Tambahkan air sampai mencapai tanda batas kalibrasi.
7.      Timbang picnometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram ( Bt )
8.Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5 )°C sampai )erat tetap, kemudian dinginkan benda uji.
9.      Timbang benda uji setelah benda uji dingin
10.  Tentukan berat picnometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuian dengan suhu standar 250 C.









INDEKS KEPIPIHAN AGREGAT

A.  MAKSUD PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan unutk menentukan indeks kepipihan dari agregat kasar.

B.  PERALATAN
1. Saringan 3/4",1/2", dan 3J8". ,
2. Alat pengukur kepipihan.
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

C. BENDA UJI
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan 1/2" dan 3/8".

D.  TAHAP PERCOBAAN
1. Saring 2000 gram agregat dengan menggunakan saringan 1/2" dan saringan 3/8"
2.Agregat yang tertahan pada saringan 1/2" dan 3/8" kemudian ditimbang lalu dimasukkan pada alat pengukur kepipihan.
3. Timbang agregat yang lolos dan tertahan.
4. Hitung prosentase kepipihan.


















KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN LOS ANGELES

A. MAKSUD PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan agregat kasar ;erhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles. Keausan tersebut dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan No. 12 terhadap berat semula, dalam persen.

B.PERALATAN
1.      Mesin Los Angeles Mesin terdiri dari selinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 71 cm ( 28" ) panjang dalam 50 cm ( 20" ). Selinder beumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar. Selinder berlubang untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang tertutup rapat sehingga permukaan dalam selinder tidak terganggu. Di bagian dalam selinder terdapat bilah baja melintang setinggi 8,9 cm ( 3,56" ).
2.      Saringan No. 12.
3.      Timbangan dengan ketelitian 5 gram.
4.      Bola-bola baja dengan ketinggian rata-rata 4,86 cm ( 15/8" ) dan berat-masing­masing antara 390 gram sampai 445 gram.
5.      Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu.

C.BENDA UJI
Berat dan gradasi benda uji sesuai dengan daftar analisa.

D. TAHAP PERCOBAAN
1. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven (110 ± 5 )°C sampai berat tetap
2. Benda uji dan bola baja dirnasukkan ke dalam mesin Las Angeles. Putar mesin sampai 30 - 33 rpm sebanyak 500 putaran.
3. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dengan saringan No. 12. Butiran yang tertahan di atasnya dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven engan suhu ( 110 ± 5 )°C sampai berat tetap. Kemudian timbang benda uji.







ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN  KASAR

A. MAKSUD PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir ( gradasi ) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.

B. PERALATAN
1. Timbangan dan neraca.
2. Satu set saringan terdiri dari : # 3/4" ; # 1/2 ; # 3/8" ; no. 4 ; no. 8 ; no. 30 ; no.50 ; no. 100 ; no. 200; pan (standar ASTM ).
3. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk mernanasi sampai (110 ± 5 }°C.
 4. Alat pemisah contoh ( splitter ).
5. Mesin pengguncang saringan ( shieve shaker).
6. Talam-talam.
7. Kuas, sendok, sikat, dan alat-alat lainnya.

C. BENDA UJI
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak :
a. Agregat halus :
Ukuran maksimum No. 4, berat minimum 1000 gram.
b. Agregat kasar :              
Ukuran maksimum Na: 3/8" ; berat minimum 1000gram . Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat tersebut di:sortir menjadi dua bagian dengan saringn no. 4. Selanjutnya agregat kasar dan agregat halus disediakan sebanyak jumlah yang tercantum di atas.

D. TAHAP PERCOBAAN
1. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu ( 110 ± 5 )°C, sampai berat tetap.
2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan di atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.







 KADAR LUMPUR PASIR

A. MAKSUD PERCOBAAN
Untuk mengetahui tingkat kebersihan agregat halus atau pasir.

B. PERALATAN
  1. Tabung sand equivalent ( S.E }
  2. Beban equivalent.
3.      Larutan standar ( stok solusion }
  1. Gelas Erlenmeyer.
5.      Statif
  1. Cawan
  2. Tin box
  3. Saringan No. 4.
  4. Sumbat karet.

 C. PROSEDUR
  1. Ambil pasir yang lolos saringan No. 4 secukupnya, dan masukkan ke dalam tin box sampai penuh, ratakan dan tekan dengan tangan sehingga rata permukaan
  2. Masukkan larutan standar ke dalam tabung S.E setinggi 5 strip (skala tabung S.E).
  3. Masukkan contoh yang telah ditakar tadi ke dalam tabung S.E, dan biarkan selama 10 menit.
  4. Kocok tabung tersebut dengan arah mendatar sebanyak 90 kali, dimana perhitungan dilakukan satu arah.
  5. Masukkan slang ke dalam. tabung S.E dan buka kran sehingga larutan standar equivalent masuk ke dalam tabung S.E sampai skala 15.
  6. Diamkan 5 menit, kemudian baca skala di atas permukaan lumpur.
  7. Selanjuatnya masukan skala beban equivalent secara perlahan-lahan sampai beban tersebut berhenti.
  8. Baca skala setelah pembebanan.
  9. Perhitungan.






KELEKATAN ASPAL PADA BATUAN

A. MAKSUD PERCOBAAN
Jntuk mengetahui daya lekat aspal terhadap agregat ( batu ) yang dinyatakan ialah persen untuk jumlah agregat tertentu dan volume aspal tertentu,

B. BAHAN
1. Aspal di cairkan
2. 10 buah chipping lolos saringan 1" tertahan 3/4""

C. ALAT
1.  Wadah
2. Pisau pengaduk (spatula)
3. Timbangan digital
4.  Oven yang dilengkapi pengatur suhu.
5. Saringan N0.3/4” , No. 1” , dan No 1/2"
6. Penjepit

D. JALANNYA PERCOBAAN
- Cuci agregat kasar 250 gr dan oven 2,5 jam. Timbang aspal dengan berat tertentu. Angkat agregat dari oven, diarnkan hingga suhu ruang.
- Aspal yang telah dicairkan dituang dalam bejana berisi 10 buah agregat, aduk merata dan usahakan agar seluruh permukaan tertutup oleh aspal.
- Setelah 30 menit isi bejana dengan air pada suhu ruang sehingga batu terendam, kemudian letakkan bejana dalam oven selama 2,5 jam.
- Angkat bejana dari oven dan dinginkan. Amati seeara visual untuk memperkirakan luas batu yang teertutup aspal. Catat setiap batuan dan rata-­ratakan persentasenya.










RANCANGAN CAMPURAN ASPAL BETON
(MIX DESIGN ASPAL BETON)

Metode rancangan campuran Aspal Beton yang digunakan adalah rancangan campuran aspal panas (hot minyak suatu campuran yang terdiri dari komponen-komponen agregat yang merupakan komponen terbesar dalam campuran dan bahan perekat aspal. dimana cara pencampurannya melalui proses pernanasan.
        Perencanaan Carmpuran Aspal. Beton yang digunakan adalah berdasarkan metode Marshall, dengan metode ini kita dapat menentukan jumlah pemakaian. aspal yang tepat sehingga dapat menghasilkan komposisi yang baik antara aggregat dan aspal sesuai dengan persyaratan teknis perkerasan jalan yang ditentukan.

1.      Penentuan Komposisi Agregat Dalam Campuran
Dari hasil pemeriksaan gradasi/analisa saringan aggregat dibuat grafik yang berdasarkan pada persen lolos untuk masing-masing nomor saringan yang digunakan. Selanjutnya untuk mendapatkan prosentase campuran dipakai metode grafis Diagonal, dimana prosedurnya sebagai berikut:
  1. Diketehui gradasi ideal yang akan digunakan dari persyaratan gradasi yang telah ditentukan pada table 4.
  2. Gambar empat persegi panjang, dengan ukuran 10 x 20 cm.
  3. Buat garis; diagonal pada kotak tersebut dari ujung kiri bawah ke ujung kanan atas.
  4. Sisi tegak dari kotak menyatakan persen lolos saringan dengan skala 0 s/d 100.
  5. Dengan melihat spesifikasi ideal, letakkan nilai-nilai persentase lolos ideal dari masing-masing saringan pada garis diagonal berupa titik dari titik ini tarik garis vertical ke bawah/ke atas sampai memotong sisi datar dari kotak untuk menempatkan nomor-nomor saringan.
  6. Gambar grafik gradasi dari masing-masing fraksi yang akan dicampur.
  7. Untuk rnenentukan nilai persentasi agregat kasar, dilihat dari jarak antara grafik gradasi dasar terhadap tepi bawah, dan jarak antara grafik gradasi bahan pengisi terhadap tepi atas yang harus sama, pada satu garis lurus yang sama pula.
  8. Pada garis dari langkah no.7, tarik garis vertical sampai mernotong diagonal yang kemudian dari titik potong ini ditarik garis horizontal sampai memotong garis tepi kotak sehingga didapat persentase agregat kasar yang diperlukan.



9.      Ulangi Langkah no.7 dan no.8 yang mencakup sampai grafik analisa pembagian              butiragregat halus, sehingga akan didapat persentase masing-masing agregat yang diperlukan. Setelah diperoleh komposisi dari setiap jenis fraksi agregat, dibuat suatu tabel hasil analisa gabungan agregat, dimana prosentase masing-masing fraksi yang akan digunakan diperoleh dari hasil perkalian dengan presentase lolos untuk masing-masing nomor saringannya.Kemudian dijumlahkan untuk masing-masing nomor saringan lalu dilihat apakah gradasi tersebut sudah memenuhi spesifikasi yang diisyaratkan sesuai dengan jenis campuran yang akan dibuat.Hasil penggabungan agregat diusahakan mendekati "ideal spec", jika melalui grafik diagonal belum bagus maka digunakan metode coba-coba (trial and error) yaitu menentukan terlebih dahulu prosentase dari masing­masing agregat (tanpa mengubah persen lolos) kemudian hasil penggabungan agregat diperoleh melalui perkalian prosentase dengan persen lolos dari agregat Selanjutnya hasil perkalian tersebut masing-masing dijumlahkan dan dilihat apakah hasilnya mendekati nilai "ideal spec". Selanjutnya dibuat grafik penggabungan agregat dan grafik spesifikasi, setelah itu dihitung berat masing-masing faksi yaitu prosentasi fraksi dikali dengan kapaitas mould. Berat masng-masing fraksi campuran ini, dibagi-bagi lagi berdasarkan ukuran saringan sesuai dengan prosentase tertahan agregatnya yang akan digunakan untuk pembuatan bricket uji.


















        2, Penentuan Berat Aspal Dalam Campuran
Setelah ditentukan kadar aspal yang akan digunakan dalam campuran, maka berat aspal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
            Berat aspal                        =           A  x  B
             Dimana :    A             =          Kadar aspal ( % )
                                     B         =         Kapasitas mould (gram)

        3, Penentuan Berat  Jenis Dan Penyerapan Campuran
Setelah diperoleh hasil pemeriksaan beratjenis dan penyerapan agregat dan berat jenis           aspal, maka berat jenis dan penyerapan dari total agregat/ campuran serta penyerapan aspal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
·         Berat jenis bulk (Gsb) / bulk spesific gravity
P1 + P2 + …..+ Pn
(P1 / G1) +(P2 / G2) +….+ Pn / Gn)
·         Berat jenis semu (Gsa) J apparent spesific gravity
P1 + P2 + …..+ Pn
(P1 / A1) +(P2 / A2) +….+ Pn / An)
·         Berat jenis efektif (Gse) / effective spesific gravity
Gsb          +          Gsa
 2
·         Penyerapan aspal (Pba)
Gse           +           Gsb
Gse           x           Gsb

Di mana :
Gsb               =    Berat jenis bulk
Gsa               =    Berat jenis semu / apparent
Gse               =    Berat jerus efektif
Pba               =    Penyerapan aspal
Ga                 =    Berat jenis aspal
P1,P2,..., PN  =    Persentase berat dari komponen agregafi 1,2,..., n
G1,G2,..., Gn   = Berat jenis bulk dari masing-masing
A1,A2,….An      =       berat jenis apparent dari masing-masing aggregate



KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Ø  Aspal untuk Lapis Aspal Beton berdasarkan data-data praktikum maka nilai penetrasi yang digunakan adalah penetrasi 70-100
Ø  Kadar aspal dalam campuran untuk Lapis Aspal Beton berkisar antara 5,0 %-7.5%
Ø  Aspal yang digunakan dalam praktikum mempunyai batas minimum kehilangan berat adalah 0,229 % dan batas maksimum kehilangan berat adalah 0,371%
Ø  Aspal yang telah dipanaskan (proses pengeringan dan oven) akan mengalami kehilangan berat
Ø  Berat jenis aspal yang digunakan sebagai benda uji dalam percobaan ini adalah 1,03 gram/cc.
Ø  Dari hasil perhitungan yang didasarkan pada data-data diperoleh dalam praktikum maka nilai temperatur titik lembek aspal yang digunakan adalah 42 0C
Ø  Dari hasil percobaan yang digunakan nilai titik nyala aspal adalah 327,5 ± 5,535 0C dan titik baker aspal adalah 342,5 ± 3,535 0C
Ø  Agregat yang digunakan harus memenuhi parameter yang menunjukan batasan terhadap nilai kehausan, berat jenis, penyerapan air, dan indeks kepipihan.
Ø  Campuran untuk Lapis Aspal Beton pada dasarnya terdiri dari agregat kasar, agregat halus

SARAN – SARAN
Ø   Sebelum memulai praktikum sebaiknya diadakan Responsi kepada mahasiswa, agar  mahasiswa mempunyai persiapan dan pengetahuan tentang tujuan pelaksanaan,alat dan bahan yang digunakan, dan prosedur kerjanya.
Ø   Kelengkapan alat harus diperlengkapi demi kelancaran praktikum, seperti Alat  Pengujian  marshall Test, dan lain-lain.
Ø   Untuk mendapatkan data yang akurat sebaiknya menggunakan alat yang lengkap dan ketelitian dalam membaca alat. Untuk menjamin keseragaman data, sebaiknya digunakan bahan dan sumber yang sama.
Ø   Untuk mendapatkan data yang seragam, sebaiknya digunakan bahan dari sumber yang sama.
Ø   Untuk keakurat data sebaiknya dilakukan kalibrasi alat secara    berkala.