•
Tiga
jenis bahan yang paling sering digunakan dalam struktur adalah
–
kayu,
–
baja
–
beton
bertulang (termasuk beton prategang)
•
Beton
bertulang adalah unik karena menggunakan dua jenis bahan yaitu beton dan baja
tulangan yang digunakan bersamaan, sehingga
prinsip-prinsip yang mengatur perencanaan struktur beton bertulang dalam
beberapa hal berbeda dengan prinsip-prinsip yang menyangkut satu bahan saja
•
Banyak
struktur dibuat dari beton bertulang
adalah jembatan, gedung, dinding penahan tanah, terowongan, tangki dan
lain-lain
•
Secara
umum yang dipelajari dari struktur beton bertulang adalah prinsip-prinsip dasar
dalam perencanaan dan pemeriksaan unsur-unsur dari beton bertulang yang
dibebani dengan
–
Gaya
aksial (axial force)
–
Momen
lentur (bending moment)
–
Geser
(shear)
–
Puntir
(torsion)
–
Gabungan
dari gaya-gaya ini
•
Prinsip-prinsip
pokok tersebut pada dasarnya berlaku di dalam struktur apa saja, selama variasi
gaya aksial, geser dan momen dan sebagainya dalam siatu struktur diketahui.
•
Dalam
struktur beton bertulang, dikenal
–
Analisa
(menghitung kapasitas atau kekuatan sebuah struktur yang sudah ada atau sudah
jadi)
–
Perencanaan
(merencanakan dimensi suatu struktur berdasarkan batasan-batasan yang sudah
ditentukan)
•
Sekalipun
analisa dan perencanaan dapat diperlakukan tersendiri, namun dalam praktek
keduanya tidak dapat dipisahkan, terutama pada beton bertulang yang umumnya
statis tak tentu
•
Beton
bertulang terdiri dari
–
Beton
(yang memiliki kekuatan tekan tinggi tetapi memiliki kekuatan tarik yang
rendah)
–
Baja
tulangan (memiliki kekuatan tarik yang tinggi)
•
Baja
dan beton dapat bekerja bersama-sama berdasarkan beberapa alasan
–
Lekatan/bond
(interaksi antara baja tulangan dengan beton keras di sekelilingnya)
–
Campuran
beton yang memadai memberikan sifat anti resap yang cukup dari beton untuk
mencegah karat pada baja
–
Angka
muai pada baja dan beton yang hampir sama
•
0,000010-0,000013°C
pada beton
•
0,000012°C
pada baja
BETON
•
Unsur-unsur penyusun beton
– Semen
– Agregat
halus (pasir)
– Agregat
kasar (batu pecah)
– Air
– Bahan
tambah yang lain
•
Kekuatan beton setelah mengeras tergantung dari
banyak faktor
– Proporsi
campuran
– Kondisi
temperatur
– Kelembaban
KUAT TEKAN BETON
•
Kuat tekan beton ditentukan oleh pengaturan
perbandingan semen, agregat kasar dan halus, air dan berbagai jenis campuran
•
Perbandingan air terhadap semen (f.a.s atau faktor
air semen) merupakan faktor utama dalam menentukan kekuatan beton
•
Semakin rendah f.a.s semakin tinggi kekuatan tekan,
namun kemudahan dalam pengerjaan (workability) menjadi rendah
•
Semakin tinggi f.a.s semakin rendah kuat tekan,
namun workability menjadi semakin tinngi Sejumlah tertentu air diperlukan untuk
terjadinya aksi kimia dalam pengerasan beton, dan kelebihan air digunakan untuk
kemudahan pekerjaan
•
Suatu ukuran pengerjaan campuran beton ini
didapatkan dengan pengujian slump
•
Kuat tekan beton dinyatakan dalam f’c, yaitu
kekuatan beton dalam MPa dari hasil pengujian benda uji berbentuk silinder
dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm pada hari ke 28 benda uji dibuat.
•
Ada juga benda uji berbentuk kubus dengan ukuran
sisi 200 mm
•
Kekuatan silinder tidak menunjukkan sifat yang sama
persis dengan benda uji berbentuk kubus
•
Kekuatan silinder ( 150x300 mm) adalah 80% kekuatan
kubus 150 mm dan 83% kekuatan kubus 200 mm
•
Gambar kurva tegangan regangan beton
Kurva hubungan tegangan-regangan pada
beton
•
Dari
gambar kurva tegangan regangan beton tekan terlihat bahwa beton yang
berkekuatan lebih rendah mempunyai kemampuan deformasi (daktilitas) yang lebih
tinggi dari dari beton berkekuatan
tinggi
•
Tegangan
maksimum dicapai pada regangan tekan di antara 0,002-0,0025
•
Regangan
ultimit pada saat hancurnya beton berkisar 0,003-0,004 (SNI menetapkan 0,003)
•
Dalam
perencanaan beton bertulang secara umum ditetapkan kekuatan beton 20-30 MPa
untuk struktur tanpa prategang dan 32 sampai 42 MPa untuk beton prategang
KUAT TARIK BETON
•
Kuat
tarik beton bisa ditentukan berdasarkan pengujian pembebanan silinder (the
split silinder)
•
Kuat
tarik beton lebih bervariasi dibandingkan kuat tekannya, besarnya berkisar
10-15% kuat tekan beton
•
Kuat
tarik dalam lentur yang
dikenal sebagai modulus runtuh (modulus of rupture) penting dalam menentukan
retak dan lendutan balok
•
Modulus
runtuh fr , yang didapatkan dari rumus f=Mc/I memberikan nilai kuat tarik yang
lebih tinggi daripada harga yang dihasilkan oleh pengujian pembelahan silinder
MODULUS ELASTISITAS
•
Modulus
elastisitas beton berubah-ubah sesuai kekuatan
•
Modulus
elastisitas tergantung dari
–
Umur
beton
–
Sifat
agregat dan semen
–
Kecepatan
pembebanan
–
Jenis
dan ukuran benda uji
•
Karena
beton memperlihatkan deformasi yang permanen sekalipun dengan beban kecil, maka
ada beberapa definisi untuk modulus elatisitas
•
Untuk
nilai wc di antara 1500-2500 kg/m3, nilai modulus
elastisitas beton dapat diambil sebesar (wc)1,50,0043 f’c
•
Untuk
beton normal Ec dapat diambil sebesar 4700 f’c (RSNI 2002 hal 53)
•
Faktor-faktor
yang mempengaruhi rangkak
–
Konstituen,
seperti komposisi dan kehalusan semen, campuran, ukuran, penggolongan mutu dan
isi mineral dari agregat
–
Perbandingan
air, seperti perbandingan air dengan semen
–
Suhu
pada pengerasan dan kebasahan
–
Kelembaban
nisbi selama waktu penggunaan beton
–
Umur
beton pada pembebanan
–
Lamanya
pembebanan
–
Besarnya
tegangan
–
Perbandingan
antara perbandingan dan isi dari unsur
–
Slump
•
Susut
adalah perubahan volume yang tidak berhubungan dengan pembebanan.
•
Ada
kemungkinan bagi beton untuk mengeras secara terus menerus di dalam air dengan
volume bertambah, namun ada kemungkinan volumenya berkurang
•
Umumnya
faktor-faktor yang mempengaruhi rangkak juga mempengaruhi susut, khususnya
faktor-faktor yang berhubungan dengan hilangnya kelembaban
•
Susut
yang dihalangi secara simetris oleh penulangan akan menimbulkan deformasi yang
umumnya menambah deformasi terhadap rangkak
BAJA
TULANGAN
•
Baja
tulangan dapat terdiri dari
–
Batang
tulangan (tulangan polos atau berulir/deform)
–
Anyaman
kawat yang dilas
•
Tulangan
berulir atau deform memiliki bentuk ulir yang bermacam-macam seperti gambar
berikut. Adapun fungsi ulir adalah untuk menambah lekatan antara beton dengan
baja
•
Baja
mempunyai kuat karakteristik yang dinamakan dengan tegangan leleh baja fy
•
Gambar
tegangan regangan baja
•
Kawat
anyam yang dilas digunakan untuk slab tipis, shell tipis dan di tempat lain di
mana tidak tersedia tempat yang cukup untuk menempatkan tulangan dengan penutup
dan jarak bersih yang memenuhi syarat
•
Kawat
dalam bentuk kawat tunggal atau kumpulan kawat yang membentuk strand digunakan
untuk beton prategang
•
Modulus
elastisitas untuk semua baja yang bukan prategang dapat diambil sebesar
200.000MPa. Untuk baja prategang modulus elastisitas sedikit lebih kecil dan
bervariasi yaitu kira-kira sebesar 186 MPa.
PUSAT BERAT
PENAMPANG STRUKTUR
•
Dalam
menganalisis penampang struktur beton dijumpai satu ketentuan mengenai pusat
berat penampang struktur.
•
Dalam
mata kuliah ini akan disinggung sedikit tentang pusat-berat, yaitu tentang
pusat berat penampang struktur dan pusat berat susunan tulangan yang terpasang
pada suatu penampang
Pusat berat
penampang struktur
(RSNI-2002 ketentuan 9.6 hal 38)
•
Jarak
vertikal antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak boleh kurang dari
db ataupun 25 mm (lihat juga ketentuan 5.3.2)
•
Bila
tulangan sejajar diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapis
atas diletakkan tepat di atas tulangan di bawahnya, spasi bersih antar lapisan
tidak boleh kurang 25 mm
•
Pada
komponen struktur tekan yang diperkuat dengan tulangan spiral atau sengkang
pengikat, jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh kurang dari
1,5db ataupun 40 mm
•
Pada
dinding dan plat lantai, selain konstruksi plat rusuk tulangan lentur utama
harus berjarak tidak lebih tiga kali tebal dinding atau plat lantai atau 500 mm
BALOK PERSEGI
•
Apabila
suatu gelagar balok menahan beban yang mengakibatkan timbulnya momen lentur,
akan terjadi deformasi (regangan) lentur di dalam balok
•
Pada
momen positif, regangan tekan terjadi di bagian atas dan regangan tarik di
bagian bawah penampang.
•
Regangan-regangan
tersebut akan menimbulkan tegangan-tegangan yang harus ditahan oleh balok,
tegangan tekan di bagian atas dan tegangan tarik di bagian bawah
•
Balok
sebagai sistem yang menahan lentur harus mampu menahan tegangan-tegangan
tersebut
•
Untuk
memperhitungkan kemampuan dan kapasitas dukung komponen struktur beton
terlentur, sifat beton yang kurang mampu menahan tarik menjadi dasar
pertimbangan, dengan cara memberikan batang tulangan baja di mana tegangan
tarik bekerja, sehingga didapatkan struktur yang disebut BETON BERTULANG
METODE ANALISIS DAN PERENCANAAN
•
Metode
yang digunakan adalah metode kuat
ultimit
•
Pada
metode ini service loads diperbesar, dikalikan dengan suatu faktor beban
dengan maksud untuk memperhitungkan terjadinya beban pada saat keruntuhan sudah
di ambang pintu.
•
Dengan
menggunakan beban terfaktor tersebut, struktur direncanakan sedemikian sehingga
didapat nilai kuat guna pada saat runtuh besarnya kira-kira sedikit lebih kecil
dari kuat batas runtuh sesungguhnya.
•
Kekuatan
pada saat runtuh tersebut dinamakan kuat ultimit, beban yang bekerja pada atau
dekat dengan runtuh dinamakan beban ultimit
•
Untuk
membahas metode kuat ultimit lebih lanjut diberikan tinjauan tentang perilaku
beton bertulang bentang sederhana untuk memikul beban berangsur meningkat mula-mula
dari beban kecil sampai pada tingkat pembebanan yang menyebabkan hancurnya
struktur
•
Pada
beban kecil, dengan menganggap bahwa belum terjadi retak beton, beton dan baja
bekerja bersama-sama gaya-gaya di mana gaya tekan ditahan oleh beton saja
•
Pada
beban sedang, kuat tarik beton dilampaui, beton mengalami retak rambut. Karena
beton tidak dapat meneruskan gaya tarik melintasi daerah retak karena terputus,
baja tulangan mengambil alih memikul seluruh gaya tarik yang timbul
•
Keadaan
yang demikian diperkirakan akan terjadi pada nilai tegangan beton sampai ½.f’c
•
Pada
beban yang lebih besar lagi, nilai regangan dan tegangan meningkat dan
cenderung tidak lagi sebanding antar keduanya. Tegangan beton membentuk kurva
non linier
•
Pada
gambar berikut terlihat distribusi tegangan regangan yang timbul pada atau
dekat pembebanan ultimit. Apabila kapasitas batas kekuatan beton terlampaui dan
tulangan baja mencapai luluh, balok akan hancur.
Pendekatan dan pengembangan metode
kuat ultimit didasarkan pada anggapan-anggapan
1.
Bidang penampang rata sebelum
terjadi lenturan, tetap rata setelah terjadi lenturan dan berkedudukan tegak
lurus pada sumbu bujur balok. Oleh karena itu nilai regangan dalam komponen
struktur terdistribusi linier atau sebanding lurus terhadap jarak ke garis
netral.
2.
Tegangan
sebanding dengan regangan hanya sampai kira-kira beban sedang. Apabila beban
meningkat sampai beban ultimit, tegangan yang timbul tidak sebanding lagi
dengan regangannya berarti distribusi tegangan tekan tidak lagi linier. Bentuk
blok tegangan tekan pada penampangnya berupa garis lengkung dimulai dari garis
netral dan berakhir pada serat tepi tekan terluar
3.
Dalam
memperhitungkan kapasitas momen ultimit komponen struktur, kuat terik beton
tidak diperhitungkan dan seluruh gaya tarik dilimpahkan kepada tulangan baja
tarik
KUAT LENTUR BALOK PERSEGI
•
Pada
suatu komposisi balok tertentu balok menahan beban sedemikian hingga regangan
tekan lentur beton mencapai maksimum (e’b maks) mencapai 0,003
sedangkan tegangan mencapai tegangan tarik baja
sudah mencapai tegangan luluh. Apabila hal demikian terjadi, penampang
dinamakan mencapai keseimbangan regangan atau disebut penampang bertulangan
seimbang
Gambar
•
Kuat
lentur suatu balok beton tersedia karena berlangsungnya mekanisme tegangan
dalam yang timbul di dalam balok yang dalam kondisi tertentu dapat diwakili
oleh gaya-gaya dalam
•
ND
atau Cc adalah resultante gaya tekan dalam, merupakan resultante
seluruh gaya tekan pada daerah di atas garis netral
•
NT
atau Ts adalah resultante gaya tarik dalam, merupakan resultante
seluruh gaya tarik pada daerah di bawah garis netral
•
Kedua
gaya ini, arah garis kerjanya sejajar, sama besar tetapi berlawanan arah dan
dipisahkan dengan jarak z sehingga membentuk kopel momen tahanan dalam di mana
nilai maksimumnya disebut kuat lentur atau momen tahanan penampang komponen
struktur terlentur
•
Momen
tahanan dalam memikul momen lentur rencana aktual yang ditimbulkan oleh beban
luar
•
Dalam
merencanakan balok pada kondisi pembebanan tertentu harus disusun komposisi
dimensi balok beton dan jumlah serta besar tulangan sedemikian rupa sehingga
dapat menimbulkan momen tahanan dalam paling tidak sama dengan momen lentur
maksimum yang ditimbulkan oleh beban
•
Kesulitan
timbul pada saat menentukan menghitung besarnya Cc tetapi juga dalam
menentukan letak Cc karena bentuk blok tegangan tekan yang berupa
garis lengkung
•
Untuk
tujuan penyederhanaan, Whitney mengusulkan bentuk persegi panjang sebagai
distribusi tegangan tekan ekivalen.
•
Berdasarkan
bentuk empat persegi panjang, intensitas tegangan beton tekan rata-rata
ditentukan sebesar 0,85f’c dan dianggap bekerja pada daerah tekan
dari penampang balok selebar b dan sedalam a, dan besarnya ditentukan rumus
a = b1.c
dengan c = jarak serat tekan
terluar ke garis netral
b1= konstanta yg merupakan fungsi kelas kuat beton
•
SNI3-2002
ps 12.2 hal 69 menetapkan nilai b1
untuk f’c £ 30 MPa b1 = 0,85
untuk f’c ³ 30 MPa b1
= 0,85 – 0,008(f’c – 30)
b1 ³ 0,65
KERUNTUHAN TARIK
UNDER REINFORCED
UNDER REINFORCED
KERUNTUHAN
TARIK
UNDER REINFORCED
UNDER REINFORCED
KERUNTUHAN
BALANCED
BALANCED
KERUNTUHAN
BALANCED
BALANCED
•
Tiga
jenis bahan yang paling sering digunakan dalam struktur adalah
–
kayu,
–
baja
–
beton
bertulang (termasuk beton prategang)
•
Beton
bertulang adalah unik karena menggunakan dua jenis bahan yaitu beton dan baja
tulangan yang digunakan bersamaan, sehingga
prinsip-prinsip yang mengatur perencanaan struktur beton bertulang dalam
beberapa hal berbeda dengan prinsip-prinsip yang menyangkut satu bahan saja
•
Banyak
struktur dibuat dari beton bertulang
adalah jembatan, gedung, dinding penahan tanah, terowongan, tangki dan
lain-lain
•
Secara
umum yang dipelajari dari struktur beton bertulang adalah prinsip-prinsip dasar
dalam perencanaan dan pemeriksaan unsur-unsur dari beton bertulang yang
dibebani dengan
–
Gaya
aksial (axial force)
–
Momen
lentur (bending moment)
–
Geser
(shear)
–
Puntir
(torsion)
–
Gabungan
dari gaya-gaya ini
•
Prinsip-prinsip
pokok tersebut pada dasarnya berlaku di dalam struktur apa saja, selama variasi
gaya aksial, geser dan momen dan sebagainya dalam siatu struktur diketahui.
•
Dalam
struktur beton bertulang, dikenal
–
Analisa
(menghitung kapasitas atau kekuatan sebuah struktur yang sudah ada atau sudah
jadi)
–
Perencanaan
(merencanakan dimensi suatu struktur berdasarkan batasan-batasan yang sudah
ditentukan)
•
Sekalipun
analisa dan perencanaan dapat diperlakukan tersendiri, namun dalam praktek
keduanya tidak dapat dipisahkan, terutama pada beton bertulang yang umumnya
statis tak tentu
•
Beton
bertulang terdiri dari
–
Beton
(yang memiliki kekuatan tekan tinggi tetapi memiliki kekuatan tarik yang
rendah)
–
Baja
tulangan (memiliki kekuatan tarik yang tinggi)
•
Baja
dan beton dapat bekerja bersama-sama berdasarkan beberapa alasan
–
Lekatan/bond
(interaksi antara baja tulangan dengan beton keras di sekelilingnya)
–
Campuran
beton yang memadai memberikan sifat anti resap yang cukup dari beton untuk
mencegah karat pada baja
–
Angka
muai pada baja dan beton yang hampir sama
•
0,000010-0,000013°C
pada beton
•
0,000012°C
pada baja
BETON
•
Unsur-unsur penyusun beton
– Semen
– Agregat
halus (pasir)
– Agregat
kasar (batu pecah)
– Air
– Bahan
tambah yang lain
•
Kekuatan beton setelah mengeras tergantung dari
banyak faktor
– Proporsi
campuran
– Kondisi
temperatur
– Kelembaban
KUAT TEKAN BETON
•
Kuat tekan beton ditentukan oleh pengaturan
perbandingan semen, agregat kasar dan halus, air dan berbagai jenis campuran
•
Perbandingan air terhadap semen (f.a.s atau faktor
air semen) merupakan faktor utama dalam menentukan kekuatan beton
•
Semakin rendah f.a.s semakin tinggi kekuatan tekan,
namun kemudahan dalam pengerjaan (workability) menjadi rendah
•
Semakin tinggi f.a.s semakin rendah kuat tekan,
namun workability menjadi semakin tinngi Sejumlah tertentu air diperlukan untuk
terjadinya aksi kimia dalam pengerasan beton, dan kelebihan air digunakan untuk
kemudahan pekerjaan
•
Suatu ukuran pengerjaan campuran beton ini
didapatkan dengan pengujian slump
•
Kuat tekan beton dinyatakan dalam f’c, yaitu
kekuatan beton dalam MPa dari hasil pengujian benda uji berbentuk silinder
dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm pada hari ke 28 benda uji dibuat.
•
Ada juga benda uji berbentuk kubus dengan ukuran
sisi 200 mm
•
Kekuatan silinder tidak menunjukkan sifat yang sama
persis dengan benda uji berbentuk kubus
•
Kekuatan silinder ( 150x300 mm) adalah 80% kekuatan
kubus 150 mm dan 83% kekuatan kubus 200 mm
•
Gambar kurva tegangan regangan beton
Kurva hubungan tegangan-regangan pada
beton
•
Dari
gambar kurva tegangan regangan beton tekan terlihat bahwa beton yang
berkekuatan lebih rendah mempunyai kemampuan deformasi (daktilitas) yang lebih
tinggi dari dari beton berkekuatan
tinggi
•
Tegangan
maksimum dicapai pada regangan tekan di antara 0,002-0,0025
•
Regangan
ultimit pada saat hancurnya beton berkisar 0,003-0,004 (SNI menetapkan 0,003)
•
Dalam
perencanaan beton bertulang secara umum ditetapkan kekuatan beton 20-30 MPa
untuk struktur tanpa prategang dan 32 sampai 42 MPa untuk beton prategang
KUAT TARIK BETON
•
Kuat
tarik beton bisa ditentukan berdasarkan pengujian pembebanan silinder (the
split silinder)
•
Kuat
tarik beton lebih bervariasi dibandingkan kuat tekannya, besarnya berkisar
10-15% kuat tekan beton
•
Kuat
tarik dalam lentur yang
dikenal sebagai modulus runtuh (modulus of rupture) penting dalam menentukan
retak dan lendutan balok
•
Modulus
runtuh fr , yang didapatkan dari rumus f=Mc/I memberikan nilai kuat tarik yang
lebih tinggi daripada harga yang dihasilkan oleh pengujian pembelahan silinder
MODULUS ELASTISITAS
•
Modulus
elastisitas beton berubah-ubah sesuai kekuatan
•
Modulus
elastisitas tergantung dari
–
Umur
beton
–
Sifat
agregat dan semen
–
Kecepatan
pembebanan
–
Jenis
dan ukuran benda uji
•
Karena
beton memperlihatkan deformasi yang permanen sekalipun dengan beban kecil, maka
ada beberapa definisi untuk modulus elatisitas
•
Untuk
nilai wc di antara 1500-2500 kg/m3, nilai modulus
elastisitas beton dapat diambil sebesar (wc)1,50,0043 f’c
•
Untuk
beton normal Ec dapat diambil sebesar 4700 f’c (RSNI 2002 hal 53)
•
Faktor-faktor
yang mempengaruhi rangkak
–
Konstituen,
seperti komposisi dan kehalusan semen, campuran, ukuran, penggolongan mutu dan
isi mineral dari agregat
–
Perbandingan
air, seperti perbandingan air dengan semen
–
Suhu
pada pengerasan dan kebasahan
–
Kelembaban
nisbi selama waktu penggunaan beton
–
Umur
beton pada pembebanan
–
Lamanya
pembebanan
–
Besarnya
tegangan
–
Perbandingan
antara perbandingan dan isi dari unsur
–
Slump
•
Susut
adalah perubahan volume yang tidak berhubungan dengan pembebanan.
•
Ada
kemungkinan bagi beton untuk mengeras secara terus menerus di dalam air dengan
volume bertambah, namun ada kemungkinan volumenya berkurang
•
Umumnya
faktor-faktor yang mempengaruhi rangkak juga mempengaruhi susut, khususnya
faktor-faktor yang berhubungan dengan hilangnya kelembaban
•
Susut
yang dihalangi secara simetris oleh penulangan akan menimbulkan deformasi yang
umumnya menambah deformasi terhadap rangkak
BAJA
TULANGAN
•
Baja
tulangan dapat terdiri dari
–
Batang
tulangan (tulangan polos atau berulir/deform)
–
Anyaman
kawat yang dilas
•
Tulangan
berulir atau deform memiliki bentuk ulir yang bermacam-macam seperti gambar
berikut. Adapun fungsi ulir adalah untuk menambah lekatan antara beton dengan
baja
•
Baja
mempunyai kuat karakteristik yang dinamakan dengan tegangan leleh baja fy
•
Gambar
tegangan regangan baja
•
Kawat
anyam yang dilas digunakan untuk slab tipis, shell tipis dan di tempat lain di
mana tidak tersedia tempat yang cukup untuk menempatkan tulangan dengan penutup
dan jarak bersih yang memenuhi syarat
•
Kawat
dalam bentuk kawat tunggal atau kumpulan kawat yang membentuk strand digunakan
untuk beton prategang
•
Modulus
elastisitas untuk semua baja yang bukan prategang dapat diambil sebesar
200.000MPa. Untuk baja prategang modulus elastisitas sedikit lebih kecil dan
bervariasi yaitu kira-kira sebesar 186 MPa.
PUSAT BERAT
PENAMPANG STRUKTUR
•
Dalam
menganalisis penampang struktur beton dijumpai satu ketentuan mengenai pusat
berat penampang struktur.
•
Dalam
mata kuliah ini akan disinggung sedikit tentang pusat-berat, yaitu tentang
pusat berat penampang struktur dan pusat berat susunan tulangan yang terpasang
pada suatu penampang
Pusat berat
penampang struktur
(RSNI-2002 ketentuan 9.6 hal 38)
•
Jarak
vertikal antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak boleh kurang dari
db ataupun 25 mm (lihat juga ketentuan 5.3.2)
•
Bila
tulangan sejajar diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapis
atas diletakkan tepat di atas tulangan di bawahnya, spasi bersih antar lapisan
tidak boleh kurang 25 mm
•
Pada
komponen struktur tekan yang diperkuat dengan tulangan spiral atau sengkang
pengikat, jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh kurang dari
1,5db ataupun 40 mm
•
Pada
dinding dan plat lantai, selain konstruksi plat rusuk tulangan lentur utama
harus berjarak tidak lebih tiga kali tebal dinding atau plat lantai atau 500 mm
BALOK PERSEGI
•
Apabila
suatu gelagar balok menahan beban yang mengakibatkan timbulnya momen lentur,
akan terjadi deformasi (regangan) lentur di dalam balok
•
Pada
momen positif, regangan tekan terjadi di bagian atas dan regangan tarik di
bagian bawah penampang.
•
Regangan-regangan
tersebut akan menimbulkan tegangan-tegangan yang harus ditahan oleh balok,
tegangan tekan di bagian atas dan tegangan tarik di bagian bawah
•
Balok
sebagai sistem yang menahan lentur harus mampu menahan tegangan-tegangan
tersebut
•
Untuk
memperhitungkan kemampuan dan kapasitas dukung komponen struktur beton
terlentur, sifat beton yang kurang mampu menahan tarik menjadi dasar
pertimbangan, dengan cara memberikan batang tulangan baja di mana tegangan
tarik bekerja, sehingga didapatkan struktur yang disebut BETON BERTULANG
METODE ANALISIS DAN PERENCANAAN
•
Metode
yang digunakan adalah metode kuat
ultimit
•
Pada
metode ini service loads diperbesar, dikalikan dengan suatu faktor beban
dengan maksud untuk memperhitungkan terjadinya beban pada saat keruntuhan sudah
di ambang pintu.
•
Dengan
menggunakan beban terfaktor tersebut, struktur direncanakan sedemikian sehingga
didapat nilai kuat guna pada saat runtuh besarnya kira-kira sedikit lebih kecil
dari kuat batas runtuh sesungguhnya.
•
Kekuatan
pada saat runtuh tersebut dinamakan kuat ultimit, beban yang bekerja pada atau
dekat dengan runtuh dinamakan beban ultimit
•
Untuk
membahas metode kuat ultimit lebih lanjut diberikan tinjauan tentang perilaku
beton bertulang bentang sederhana untuk memikul beban berangsur meningkat mula-mula
dari beban kecil sampai pada tingkat pembebanan yang menyebabkan hancurnya
struktur
•
Pada
beban kecil, dengan menganggap bahwa belum terjadi retak beton, beton dan baja
bekerja bersama-sama gaya-gaya di mana gaya tekan ditahan oleh beton saja
•
Pada
beban sedang, kuat tarik beton dilampaui, beton mengalami retak rambut. Karena
beton tidak dapat meneruskan gaya tarik melintasi daerah retak karena terputus,
baja tulangan mengambil alih memikul seluruh gaya tarik yang timbul
•
Keadaan
yang demikian diperkirakan akan terjadi pada nilai tegangan beton sampai ½.f’c
•
Pada
beban yang lebih besar lagi, nilai regangan dan tegangan meningkat dan
cenderung tidak lagi sebanding antar keduanya. Tegangan beton membentuk kurva
non linier
•
Pada
gambar berikut terlihat distribusi tegangan regangan yang timbul pada atau
dekat pembebanan ultimit. Apabila kapasitas batas kekuatan beton terlampaui dan
tulangan baja mencapai luluh, balok akan hancur.
Pendekatan dan pengembangan metode
kuat ultimit didasarkan pada anggapan-anggapan
1.
Bidang penampang rata sebelum
terjadi lenturan, tetap rata setelah terjadi lenturan dan berkedudukan tegak
lurus pada sumbu bujur balok. Oleh karena itu nilai regangan dalam komponen
struktur terdistribusi linier atau sebanding lurus terhadap jarak ke garis
netral.
2.
Tegangan
sebanding dengan regangan hanya sampai kira-kira beban sedang. Apabila beban
meningkat sampai beban ultimit, tegangan yang timbul tidak sebanding lagi
dengan regangannya berarti distribusi tegangan tekan tidak lagi linier. Bentuk
blok tegangan tekan pada penampangnya berupa garis lengkung dimulai dari garis
netral dan berakhir pada serat tepi tekan terluar
3.
Dalam
memperhitungkan kapasitas momen ultimit komponen struktur, kuat terik beton
tidak diperhitungkan dan seluruh gaya tarik dilimpahkan kepada tulangan baja
tarik
KUAT LENTUR BALOK PERSEGI
•
Pada
suatu komposisi balok tertentu balok menahan beban sedemikian hingga regangan
tekan lentur beton mencapai maksimum (e’b maks) mencapai 0,003
sedangkan tegangan mencapai tegangan tarik baja
sudah mencapai tegangan luluh. Apabila hal demikian terjadi, penampang
dinamakan mencapai keseimbangan regangan atau disebut penampang bertulangan
seimbang
Gambar
•
Kuat
lentur suatu balok beton tersedia karena berlangsungnya mekanisme tegangan
dalam yang timbul di dalam balok yang dalam kondisi tertentu dapat diwakili
oleh gaya-gaya dalam
•
ND
atau Cc adalah resultante gaya tekan dalam, merupakan resultante
seluruh gaya tekan pada daerah di atas garis netral
•
NT
atau Ts adalah resultante gaya tarik dalam, merupakan resultante
seluruh gaya tarik pada daerah di bawah garis netral
•
Kedua
gaya ini, arah garis kerjanya sejajar, sama besar tetapi berlawanan arah dan
dipisahkan dengan jarak z sehingga membentuk kopel momen tahanan dalam di mana
nilai maksimumnya disebut kuat lentur atau momen tahanan penampang komponen
struktur terlentur
•
Momen
tahanan dalam memikul momen lentur rencana aktual yang ditimbulkan oleh beban
luar
•
Dalam
merencanakan balok pada kondisi pembebanan tertentu harus disusun komposisi
dimensi balok beton dan jumlah serta besar tulangan sedemikian rupa sehingga
dapat menimbulkan momen tahanan dalam paling tidak sama dengan momen lentur
maksimum yang ditimbulkan oleh beban
•
Kesulitan
timbul pada saat menentukan menghitung besarnya Cc tetapi juga dalam
menentukan letak Cc karena bentuk blok tegangan tekan yang berupa
garis lengkung
•
Untuk
tujuan penyederhanaan, Whitney mengusulkan bentuk persegi panjang sebagai
distribusi tegangan tekan ekivalen.
•
Berdasarkan
bentuk empat persegi panjang, intensitas tegangan beton tekan rata-rata
ditentukan sebesar 0,85f’c dan dianggap bekerja pada daerah tekan
dari penampang balok selebar b dan sedalam a, dan besarnya ditentukan rumus
a = b1.c
dengan c = jarak serat tekan
terluar ke garis netral
b1= konstanta yg merupakan fungsi kelas kuat beton
•
SNI3-2002
ps 12.2 hal 69 menetapkan nilai b1
untuk f’c £ 30 MPa b1 = 0,85
untuk f’c ³ 30 MPa b1
= 0,85 – 0,008(f’c – 30)
b1 ³ 0,65
KERUNTUHAN TARIK
UNDER REINFORCED
UNDER REINFORCED
KERUNTUHAN
TARIK
UNDER REINFORCED
UNDER REINFORCED
KERUNTUHAN
BALANCED
BALANCED
KERUNTUHAN
BALANCED
BALANCED
INFORCED
ANALISA
BALOK T– TULANGAN TUNGGAL
MODEL BETON ACI/SNI
MODEL BETON ACI/SNI
ANALISA
BALOK T– TULANGAN TUNGGAL
MODEL BETON ACI/SNI
K T– TULANGAN TUNGGALMODEL BETON ACI/SNI
MODEL BETON ACI/SNI
Tulangan
tekan dan kekuatan balok
•
Tulangan
tekan hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas momen penampang balok
Kenapa
tulangan tekan tetap dipasang?
•
Mengurangi
lendutan jangka panjang
Meningkatkan
daktilitas
•
Mengubah
tipe keruntuhan
•
Memudahkan
perakitan besi
Analisis
kuat lentur balok tulangan rangkap
KERUNTUHAN
TARIK – TULANGAN TEKAN SUDAH LELEH
KERUNTUHAN
TEKAN
OVER REINFORCED
OVER REINFORCED
ANALISA
BALOK T– TULANGAN TUNGGAL
MODEL BETON ACI/SNI
MODEL BETON ACI/SNI
ANALISA
BALOK T– TULANGAN TUNGGAL
MODEL BETON ACI/SNI
MODEL BETON ACI/SNI
ULANGAN TUNGGAL
MODEL BETON ACI/SNI
MODEL BETON ACI/SNI
Tulangan
tekan dan kekuatan balok
•
Tulangan
tekan hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas momen penampang balok
Kenapa
tulangan tekan tetap dipasang?
•
Mengurangi
lendutan jangka panjang
Meningkatkan
daktilitas
•
Mengubah
tipe keruntuhan
•
Memudahkan
perakitan besi
Analisis
kuat lentur balok tulangan rangkap
KERUNTUHAN
TARIK – TULANGAN TEKAN SUDAH LELEH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar